008 - Nasihat Ibnul Qayyim Agar Tidak Terjerumus Dalam Maksiat.

Nasihat Ibnul Qayyim Agar Tidak Terjerumus Dalam Maksiat.

Jika kita melihat di sekeliling kita, jelas bagi kita bahawa saat ini krisis keruntuhan nilai akhlak dan iman berada pada paras yang kritikal. Lihat saja di merata akhbar, kes buang bayi, kes rogol, kes merompak dan segala macam kes yang berkaitan dengan rosaknya iman, yang mana jika manusia melakukan perbuatan ini, nescaya imannya tercabut. Dan yang paling merusak sekali kesyirikan yang merebak, bid’ah menjadi rutin amalan masyarakat. Tidak kira mereka itu orang alim atau awam. Lihat saja di sesetengah kuburan, wujudnya ritual penyembahan dan tawassul yang sesat. Tidak diragukan lagi, perbuatan maksiat tersebut menjadi rutin di setiap tempat. Apa sebabnya? Dan bagaimana cara mengatasinya? Di sini saya menyertakan langkah-langkah yang telah termaktub dalam Quran yang telah diuraikan oleh al-’Allamah al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah rahimahullah. Risalah ini diambil dari www.muslimah.or.id , semoga bermanfaat.

Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Nabi dan Rasul paling mulia. Amma ba’du.

Berikut ini sepuluh nasihat Ibnul Qayyim rahimahullah untuk menggapai kesabaran diri agar tidak terjerumus dalam perbuatan maksiat:

Pertama : Hendaknya hamba menyadari betapa buruk, hina dan rendah perbuatan maksiat

Dan hendaknya dia memahami bahwa Allah mengharamkannya serta melarangnya dalam rangka menjaga hamba dari terjerumus dalam perkara-perkara yang keji dan rendah sebagaimana penjagaan seorang ayah yang sangat sayang kepada anaknya demi menjaga anaknya agar tidak terkena sesuatu yang membahayakannya.

Kedua : Merasa malu kepada Allah Azza Wa Jalla.

Kerana sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari pandangan Allah yang selalu mengawasi dirinya dan menyadari betapa tinggi kedudukan Allah di matanya. Dan apabila dia menyadari bahwa perbuatannya dilihat dan didengar Allah tentu saja dia akan merasa malu apabila dia melakukan hal-hal yang dapat membuat murka Rabbnya Rasa malu itu akan menyebabkan terbukanya mata hati yang akan membuat Anda bisa melihat seolah-olah Anda sedang berada di hadapan Allah.

Ketiga : Senantiasa menjaga nikmat Allah yang dilimpahkan kepadamu dan mengingat-ingat perbuatan baik-Nya kepadamu.

Apabila engkau berlimpah nikmat

maka jagalah, kerana maksiat

akan membuat nikmat hilang dan lenyap

Barang siapa yang tidak mau bersyukur dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya maka dia akan disiksa dengan nikmat itu sendiri.

Keempat : Merasa takut kepada Allah dan khawatir tertimpa hukuman-Nya

Kelima : Mencintai Allah.

Kerana seorang kekasih tentu akan mentaati setiap yang dikasihinya. Sesungguhnya maksiat itu muncul akibat lemahnya rasa cinta.

Keenam : Menjaga kemuliaan dan kesucian diri serta memelihara kehormatan dan kebaikannya.

Sebab perkara-perkara inilah yang akan bisa membuat dirinya merasa mulia dan rela meninggalkan berbagai perbuatan maksiat.

Ketujuh : Memiliki kekuatan ilmu

Mengetahui tentang betapa buruknya nampak perbuatan maksiat serta jeleknya akibat yang ditimbulkannya dan juga bahaya yang timbul sesudahnya yaitu berupa muramnya wajah, kegelapan hati, sempitnya hati dan gundah gulana yang menyelimuti diri. Kerana dosa-dosa itu akan membuat hati menjadi mati.

Kelapan: Menghapus angan-angan yang tidak berguna.

Dan hendaknya setiap insan menyedari bahwa dia tidak akan tinggal selamanya di alam dunia. Dan mestinya dia sedar bahawa dirinya hanyalah sebagaimana tetamu yang singgah di sana, dia akan segera berpindah darinya. Sehingga tidak ada sesuatu pun yang akan mendorong dirinya untuk semakin menambah berat tanggungan dosanya, kerana dosa-dosa itu jelas akan membahayakan dirinya dan sama sekali tidak akan memberikan manfaat apa-apa.

Kesembilan : Hendaknya menjauhi sikap berlebihan dalam hal makan, minum dan berpakaian.

Kerana sesungguhnya besarnya dorongan untuk berbuat maksiat hanyalah muncul dari akibat berlebihan dalam perkara-perkara tadi. Dan di antara sebab terbesar yang menimbulkan bahaya bagi diri seorang hamba adalah… waktu senggang dan lapang yang dia miliki… kerana jiwa manusia itu tidak akan pernah mau duduk diam tanpa kegiatan… sehingga apabila dia tidak disibukkan dengan hal-hal yang bermanfaat maka tentulah dia akan disibukkan dengan hal-hal yang berbahaya baginya.

Kesepuluh : Sebab terakhir adalah sebab yang merangkum sebab-sebab di atas, yaitu kekokohan pohon keimanan yang tertanam kuat di dalam hati.

Maka kesabaran hamba untuk menahan diri dari perbuatan maksiat itu sangat tergantung dengan kekuatan imannya. Setiap kali imannya kokoh maka kesabarannya pun akan kuat… dan apabila imannya melemah maka sabarnya pun melemah… Dan barang siapa yang menyangka bahwa dia akan sanggup meninggalkan berbagai macam penyimpangan dan perbuatan maksiat tanpa dibekali keimanan yang kukuh maka sungguh dia telah keliru.

Allahu a’lam

Penterjemah : Abu Mushlih Ari Wahyudi

(Diterjemahkan dari artikel berjudul ‘Asyru Nashaa’ih libnil Qayyim li Shabri ‘anil Ma’shiyah, www.ar.islamhouse.com)

Di ambil dari www.muslimah.or.id dengan sedikit olahan bahasa oleh Abu Hurairah al-atsary

007 - Bertaqwa Di Mana Sahaja

Bertaqwa Di Mana Sahaja


Dari Abu Zar, yaitu Jundub bin Junadah dan Abu Abdur Rahman yaitu

Mu'az bin Jabal radhyiallahu 'anhuma dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, sabdanya:

"Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada dan ikutilah perbuatan jelek itu dengan perbuatan baik, maka kebaikan itu dapat menghapuskan kejelekan tadi dan pergaulilah para manusia dengan budi pekerti yang bagus."( HR Tirmidzi Hasan Shahih).

Keterangan:

Hadis ini mengandung tiga macam unsur, yakni bertaqwa kepada Allah, kebaikan

diikutkan sesudah mengerjakan kejelekan dan perintah bergaul dengan baik antara seluruh ummat manusia. Mengenai yang ketiga tidak kami jelaskan lebih panjang, sebab masing-masing bangsa tentu memiliki cara-cara atau adat-istiadat sendiri.

Namun demikian juga mesti dilaksanakan dengan mengikuti ajaran-ajaran yang ditetapkan oleh agama Islam, sehingga tidak melampaui batas, akhirnya terperosok dalam hal-hal yang diharamkan oleh Allah Ta'ala. Jadi di bawah ini akan diuraikan periha! yang dua buah unsur saja, yaitu:

Font sizeTakut pada Allah atau Taqwallah adalah satu kata yang menghimpun arti yangsangat dalam sekali, pokoknya ialah mengikuti dan mengamalkan semua perintah Allah dan menjauhi serta menahan diri dari melakukan larangan-laranganNya.

Dengan demikian terjagalah jiwa dan terpeliharalah hati manusia dari kemungkaran, kemaksiatan, kemusyrikan yang terang (jali) atau yang tidak terang (khafi), juga terhindar dari kekufuran dan kemurtadan. Tuhan tentu akan melindungi orang yang taqwa itu dari semuanya tadi.

Tentang ini Allah telah berfirman:

"Sesungguhnya Allah adalah beserta orang-orang yang taqwa dan orang-orang yang sama berlaku baik."

(b) Mengikutkan kebaikan sesudah melakukan kejahatan itu misalnya ialah bertaubat, karena dengan demikian lenyaplah segenap kesalahan yang kita lakukan, asalkan kita bertaubat itu dengan sebenar-benarnya, sebagaimana firman Allah:

Artinya:

"Melainkan orang yang bertaubat dan beriman dan beramal shalih, maka mereka itu kejelekan-kejelekannya akan diganti oleh Allah dengan kebaikan-kebaikan."

Dipetik dari kitab Riyadush Shalihin Imam Nawawi dalam Bab Muraqabah.

Abu Hurairah al-atsary

Shah Alam.

006 - Daurah Sehari Di Klang, Semua Dijemput

Kuliah Sehari: “Pesanan-Pesanan Terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam”

-------@@@----@@@----@@@-------
Daurah Sehari (25/12/2008):
“Pesanan-Pesanan Terakhir Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam”
- Pusat Pengajian al-Faqeh -
-------@@@----@@@----@@@-------

1 - Bersama kita menyingkapi dan menyelami pesan-pesan (wasiat) Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Salam kepada umatnya berkenaan perlunya berpegang teguh di atas Kitabullah dan Sunnahnya serta sunnah Khulafa’ur Rasyidin. Pesanannya kepada kita supaya berdiri teguh di atas manhaj para sahabat Salafus Soleh.

2 - Menjauhi perpecahan dan bersatu di atas jalan yang satu iaitu jalan yang beliau Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan para sahabatnya berada di atasnya, dengan memahami konteks aqidah yang sahih dari sudut rububiyah, uluhiyyah, dan sekaligus membersihkan masyarakat dari unsur-unsur syirik dan penyimpangan di dalam agama.

3 - Dengan ini seterusnya mengajak kita agar berhati-hati dengan kepelbagaian perkara baru yang diada-adakan di dalam agama yang murni sedangkan Allah sendiri telah cukupkan Islam untuk kita semua tanpa perlu kita menokok tambah.

4 - Semoga program yang kami rangkakan ini bakal membuka minda serta pemikiran kita semua supaya kembali mengambil, memegang, dan mengamalkan agama (Islam) itu di atas prinsip-prinsip yang benar-benar sahih. Iaitu memahami agama berlandaskan al-Qur'an dan as-Sunnah di atas kefahaman 3 generasi terawal dari golongan para Sahabat, Tabi'in, dan Tabi' at-Tabi'in. Sekaligus berusaha membersihkan dan menghapuskan kefahaman agama yang dibina/didirikan di atas kefahaman akal, hawa nafsu, emosi, dan semangat kepuakkan.

5 - Dengan ini, kami menjemput dan mengalu-alukan anda untuk:

Bersama:
- Ust. Abu Ihsan al-Atsari -

(Seorang pendakwah yang bergiat aktif di banyak negara seperti Jepun, Amerika, Australia, Malaysia, dan terutamanya Indonesia. Juga seorang yang mengetuai barisan panel penterjemahan kitab-kitab induk di bawah Penerbit Pustaka Imam asy-Syafi’i. Juga aktif bersama beberapa pustaka yang lain seperti Pustaka an-Naba' dan Pustaka at-Tibyan. Di antara kitab-kitab besar yang telah beliau terjemahkan adalah seperti Tafsir Ibnu Katsir (oleh Imam Ibnu Katsir), al-Ibanah al-Ushul ad-Diyanah (Kitab Milik Imam Abu Hasan al-Asy'ary), serta banyak lagi kitab-kitab yang selainnya yang kini telah menjelajah ke segenap pasaran utama di serata Indonesia dan Malaysia. Kini, antara projek penterjemahan besar yang sedang giat beliau jalankan bersama Pustaka Imam asy-Syafi'i adalah menterjemahkan Kitab besar milik al-Hafiz Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani (tokoh besar dalam bidang fiqh dan hadis Mazhab asy-Syafi'i), iaitu kitab Fathul Bari, Syarah kepada Shahih al-Bukhari)

Bertempat di:
- Pusat Pengajian al-Faqeh -
35-A, Jalan Cokmar 1, Taman Mutiara, Bukit Raja Off Jalan Meru, 41050 Klang, Selangor.

Pada (Tarikh/Hari):
25 Disember 2008 (Cuti Umum)
(Hari Khamis)

Masa:
Dari jam 9:30pg – 5:00ptg

Bayaran penyertaan:
RM25.00 Seorang (Termasuk Nota/Buku dan Makan/Minum)

Untuk menyertai:
Hubungi Saudara Adi Negara, 016-2091531 atau Nawawi, 013-3701152. Tarikh tutup penyertaan, sebelum atau pada 22 Disember2008. Terhad kepada peserta lelaki sahaja (buat masa ini).

Untuk Update dan informasi terkini program ini:
Sila kunjungi http://an-nawawi.blogspot.com/

[Ehsan dari http://an-nawawi.blogspot.com/ sekutu rapat]

005- Sebab-Sebab Berkurangnya Iman 2

Sebab-Sebab Berkurangnya Iman 2


Kebodohan identik dengan dosa.

Banyak nas-nas yang lainnya yang menunjukkan sesungguhnya sebab paling utama tergelincirnya manusia ke dalam kesyirikan, kekufuran, kekejian dan perbuatan maksiat, adalah kebodohan terhadap Allah, terhadap Nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya, pahala dan siksa-Nya.

Kerana itulah sesungguhnya orang yang berbuat maksiat terhadap Allah dan melakukan perbuatan jahat adalah orang bodoh, sebagaimana hal itu diterangkan dari kaum Salaf (ulama terdahulu) di dalam tafsirannya akan firman Allah :


Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl 16:119)


Dan makna firman –Nya (بِجَهَالَة) di dalam ayat-ayat di atas adalah kebodohan pelaku hal tersebut akan akibat buruk dari perbuatan yang dilakukannya berupa kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Kebodohan darinya akan pengawasan Allah dan bahawasanya Allah memerhatikannya. Kebodohan akan akibat yang akan kembali kepadanya kerana lemahnya keimanan atau tidak adanya keimanan. Jadi setiap orang yang berbuat maksiat kepada Allah adalah orang yang bodoh terhadap semua pelajaran-pelajaran di atas, walaupun dia adalah orang yang tahu akan sesuatu yang diharamkan. Bahkan mengetahui bahawa sesuatu itu adalah haram adalah syarat sehingga perbuatannya merupakan kemaksiatan yang mengakibatkan siksaan.[1]


Sekelompok ulama salaf mengatakan tafsiran ayat tersebut seperti ini, diriwayatkan oleh sejumlah ulama, di antaranya adalah diriwayatkan oleh at-Thabari di dalam tafsirnya, beliau meriwayatkan dari Abul ’Aliyah, sesungguhnya beliau meriwayatkan banyak sahabat Rasulullah saw pernah berkata, ”setiap dosa yang dilakukan oleh seorang hamba adalah kebodohan .”


Dan diriwayatkan dari Qatadah, beliau berkata, Sahabat Rasulullah saw sepakat bahawa sesungguhnya segala kemaksiatan kepada Allah adalah kebodohan, dilakukan dengan sengaja atau tidak.”


Diriwayatkan dari Mujahid, beliau berkata, ”Setiap orang yang bermaksiat kepada Rabb-nya, maka ia adalah orang bodoh, kecuali dia meninggalkan perbuatan maksiatnya.”


Beliau juga berkta, ”Setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, (perbuatannya) dilakukan kerana kebodohan hingga ia kembali darinya.”


As-Suddi berkata, “Selama ia bermaksiat kepada Allah, maka ia adalah orang bodoh.”


Ibnu Zaid berkata, ”Setiap orang yang melakukan sesuatu kemaksiatan kepada Allah adalah orang bodoh selamanya hingga ia meniggalkannya.” [2]


Bodoh kepada Allah merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan membinasakan, yang bisa menarik pelakunya kepada akibat-akibat yang sangat berbahaya. Barangsiapa yang terkena penyakit ini, maka janganlah Anda menanyakan kehancurannya dia terjerumus ke dalam gelapnya kemaksiatan dan perbuatan dosa, tergelincir dari jalan Allah yang lurus, dan menyerahkan diri kepada berbagai macam penarik syubhat dan syahwat. Ia tidak akan selamat kecuali jika ia mendapatkan rahmat Allah yang memberikan siraman hati, cahaya pandangan, kunci kebaikan dan ilmu bermanfaat yang membuahkan amal shalih.


Tidak ada ubat untuk penyakit ini kecuali ilmu, penyakit ini tidak akan pernah terlepas dari penderitanya kecuali jika Allah mengajarkan sesuatu yang bermanfaat kepadanya, yang mengilhamkan petunjuk kepadanya. Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, nescaya ia akan mengajarkannya ilmu yang bermanfaat baginya, pemahamannya akan agama, dan memberikan pandangan kepadanya terhadap sesuatu yang di dalamnya ada keberhasilan dan kebahagiaannya.


Dengan ilmu itu ia akan keluar dari kebodohan, sementara orang yang tidak dikehendaki baik oleh Allah nescaya dia akan menetap di dalam kebodohan. Hanya kepada Allah lah kita memohon agar menyirami hati kita dengan illmu dan keimanan, dan memberikan perlindungan kepada kita dari kebodohan dan permusuhan.


Lalai, berpaling, lupa.

Tiga hal ini merupakan sebab utama dari berbagai sebab berkurangnya keimanan. Barangsiapa yang terbuai dengan kelalaian, disibukkan dengan sesuatu yang membuat lupa kepada Allah sehingga timbul pembangkangan di dalam dirinya, maka imannya akan berkurangan dan melemah sesuai dengan kadar ketiga hal di atas atau sebagiannya. Hal itu akan menimbulkan penyakit hati atau kematiannya diakibatkan kekuasaan syahwat dan syubhat kepadanya.


Lalai, telah dicela oleh Allah di dalam kitab-Nya. Dia telah mengkhabarkan bahawa kelalaian adalah perangai yang tercela dari akhlak-akhlak orang-orang kafir dan munafik. Allah melarang perbuatan tersebut dengan peringatan yang sangat keras.


Firman Allah :

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf 7:179)


Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus 10:7-8)


Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”(ar-Ruum 30:7)

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (al-A’raf 7:205)


Lalai –iaitu lupa yang menimpa kerana kurang menjaga dan memelihara diri-[3] merupakan penyakit yang berbahaya. Jika manusia tertimpa penyakit ini, maka ia tidak akan bisa menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan kepada Allah, berzikir dan melakukan amal ibadah kepada-Nya. Ia akan menyibukkan diri dengan beberapa hal yang melalaikannya dan menjauhkannya dari mengingati Allah. Seandainya ia melakukan berbagai ketaatan, ia melakukannya dengan tidak baik, ia kosong dari kekhusyu’kan dan kerendahan hati. Ia tidak akan kembali pada Allah tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Dirinya kosong dari ketenangan, kebenaran dan keikhlasan. Inilah sebagian akibat buruk dari melalaikan keimanan.


Footnote:

[1] Tafsir Ibnu Sa’di (2/39)

[2] Tafsir Thabari (3/229, 5/209). Tafsir Baghawi (1/407). Tafsir Ibnu Kathir (1/463) atsar-atsar ini boleh dirujuk dalam rujukan yang diberi.

[3] Bashaair Dzawit Tamyiz, Karya al-Fairuz Abadi (4/140)


Rujukan:

Dipetik dari kitab Duduklah Sejenak Bersama Kami Untuk Menambah Iman karya Syaikh Abdurrazaq Bin Muhsin al-'Abbad al-Badr