jagalah akhlaqmu wahai ustat
ustat? siapa yang layak dilabelkan sebagai ustat? dan siapa yang memberi label ustat pada dirinya?
apa dia sendiri atau orang lain?
apa benar peletakan label ustat pada dirinya? antum yakin yang antum benar?
kita biasa melihat gaya seorang ustat. berkopiah berserban janggut atau kumis, bergamis atau lainnya yg menampakkan ciri-ciri islamik.
tapi yang sebetulnya dengan ini saja tidak menunjukkan peribadi seorang ustat.
jika ada orang mengatakan "kemaren ada saya lihat ustat itu nyolong ikan di toko sana", lantas dijawab oleh si pembela sang ustat ini, "gak mungkin, dia kan ustat, lihat dirinya. gak ada lagak kaye seorang maling? lebih2 lagi ustat ini pandai kok bahasa arabnya. gak mungkin ustat ini pantas mau mencuri"
yang sebetulnya, zahir manusia tidak menyatakan yang dia itu maksum. apa dia seorang ustat, kiyai, atau lainnya. tidak ada ayat Allah di dalam al-Quran yang menyatakan orang yang pandai bahasa arab makanya dia ahli syurga dan maksum dari dosa.
begitu juga setiap manusia keseluruhannya tidak ada yang terlepas dari dosa, baik besar maupun kecil. namun sebaik-baik orang yang tersilap/berdosa adalah orang yang bertaubat.
begitu juga tadi, sang ustat tidak semestinya maksum, bebas dari penyakit riya', kibr, 'ujub. bisa aja Allah uji dia dengan kehebatan bahasa arabnya. apa dengan anugerah Allah ke atasnya dia berlagak di hadapan manusia "woi manusia, aku ini pandai arab, kamu ni jahil tidak mengerti mazhab bahasa dll"
itu omongan sang ustat ini yang bertele-tele. mau dipamerkan keahliannya, dialah yang bijak, pandai, cerdas..lagaknya ini membuatkan orang rimas dengannya.
mungkin sebagian orang perasan lagak si ustat ini, namun ingin ditegur "ishhh...apa-apaan sih, dia kan lagi ustat".
si ustat, sedar atau tidak. terkadang menjerit hati kecilnya "apa pantas aku mengucapkan ayat ini?"
lalu berbisik pula suara di sudut hatinya yang lain "gak apa-apa kok, bocah kecil seperti ini memang pantas dilayan kaye gini. biar dia rasakan, bukan dia
paham bahasa arab.apa yang aku lakukan ini, moga-moga bisa membungkam mulutnya"..si ustat bersangka baik dengan amalnya.
suara yang baru muncul tadi adalah penyejuk kegelisahan hatinya. saat hatinya gelisah "apa aku telah berbuat riya', takabbur dengan kata-kataku?
apa kata-kataku tadi merupakan satu bentuk perlecehan terhadap saudaraku?"
kata-kata penyedap hatinya menguburkan amalnya beserta akhlaq mulia seorang ustat.
hilang kemuliaan, diganti dengan kehinaan. hina di mata manusia, teman maupun musuh. hilang pula rahmat dari Allah.
saat Allah menguji hamba-Nya dengan nikmat yang diberi.
wa iyya dzubillah
sekali lagi, setiap manusia itu ada
silapnya dan setiap orang yang silap yang terbaik adalah orang yang bertaubat kepada Allah.
Syair yang digubah, milik asal Imam Syafie
"Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku
Toh, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi
Tidak pantas bagi seorang manusia meladeni seekor beruk"
ustat? siapa yang layak dilabelkan sebagai ustat? dan siapa yang memberi label ustat pada dirinya?
apa dia sendiri atau orang lain?
apa benar peletakan label ustat pada dirinya? antum yakin yang antum benar?
kita biasa melihat gaya seorang ustat. berkopiah berserban janggut atau kumis, bergamis atau lainnya yg menampakkan ciri-ciri islamik.
tapi yang sebetulnya dengan ini saja tidak menunjukkan peribadi seorang ustat.
jika ada orang mengatakan "kemaren ada saya lihat ustat itu nyolong ikan di toko sana", lantas dijawab oleh si pembela sang ustat ini, "gak mungkin, dia kan ustat, lihat dirinya. gak ada lagak kaye seorang maling? lebih2 lagi ustat ini pandai kok bahasa arabnya. gak mungkin ustat ini pantas mau mencuri"
yang sebetulnya, zahir manusia tidak menyatakan yang dia itu maksum. apa dia seorang ustat, kiyai, atau lainnya. tidak ada ayat Allah di dalam al-Quran yang menyatakan orang yang pandai bahasa arab makanya dia ahli syurga dan maksum dari dosa.
begitu juga setiap manusia keseluruhannya tidak ada yang terlepas dari dosa, baik besar maupun kecil. namun sebaik-baik orang yang tersilap/berdosa adalah orang yang bertaubat.
begitu juga tadi, sang ustat tidak semestinya maksum, bebas dari penyakit riya', kibr, 'ujub. bisa aja Allah uji dia dengan kehebatan bahasa arabnya. apa dengan anugerah Allah ke atasnya dia berlagak di hadapan manusia "woi manusia, aku ini pandai arab, kamu ni jahil tidak mengerti mazhab bahasa dll"
itu omongan sang ustat ini yang bertele-tele. mau dipamerkan keahliannya, dialah yang bijak, pandai, cerdas..lagaknya ini membuatkan orang rimas dengannya.
mungkin sebagian orang perasan lagak si ustat ini, namun ingin ditegur "ishhh...apa-apaan sih, dia kan lagi ustat".
si ustat, sedar atau tidak. terkadang menjerit hati kecilnya "apa pantas aku mengucapkan ayat ini?"
lalu berbisik pula suara di sudut hatinya yang lain "gak apa-apa kok, bocah kecil seperti ini memang pantas dilayan kaye gini. biar dia rasakan, bukan dia
paham bahasa arab.apa yang aku lakukan ini, moga-moga bisa membungkam mulutnya"..si ustat bersangka baik dengan amalnya.
suara yang baru muncul tadi adalah penyejuk kegelisahan hatinya. saat hatinya gelisah "apa aku telah berbuat riya', takabbur dengan kata-kataku?
apa kata-kataku tadi merupakan satu bentuk perlecehan terhadap saudaraku?"
kata-kata penyedap hatinya menguburkan amalnya beserta akhlaq mulia seorang ustat.
hilang kemuliaan, diganti dengan kehinaan. hina di mata manusia, teman maupun musuh. hilang pula rahmat dari Allah.
saat Allah menguji hamba-Nya dengan nikmat yang diberi.
wa iyya dzubillah
sekali lagi, setiap manusia itu ada
silapnya dan setiap orang yang silap yang terbaik adalah orang yang bertaubat kepada Allah.
Syair yang digubah, milik asal Imam Syafie
"Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku
Toh, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi
Tidak pantas bagi seorang manusia meladeni seekor beruk"
Comments :
Catat Ulasan