038 - jagalah akhlaqmu wahai ustat

jagalah akhlaqmu wahai ustat

ustat? siapa yang layak dilabelkan sebagai ustat? dan siapa yang memberi label ustat pada dirinya?
apa dia sendiri atau orang lain?
apa benar peletakan label ustat pada dirinya? antum yakin yang antum benar?

kita biasa melihat gaya seorang ustat. berkopiah berserban janggut atau kumis, bergamis atau lainnya yg menampakkan ciri-ciri islamik.
tapi yang sebetulnya dengan ini saja tidak menunjukkan peribadi seorang ustat.

jika ada orang mengatakan "kemaren ada saya lihat ustat itu nyolong ikan di toko sana", lantas dijawab oleh si pembela sang ustat ini, "gak mungkin, dia kan ustat, lihat dirinya. gak ada lagak kaye seorang maling? lebih2 lagi ustat ini pandai kok bahasa arabnya. gak mungkin ustat ini pantas mau mencuri"

yang sebetulnya, zahir manusia tidak menyatakan yang dia itu maksum. apa dia seorang ustat, kiyai, atau lainnya. tidak ada ayat Allah di dalam al-Quran yang menyatakan orang yang pandai bahasa arab makanya dia ahli syurga dan maksum dari dosa.

begitu juga setiap manusia keseluruhannya tidak ada yang terlepas dari dosa, baik besar maupun kecil. namun sebaik-baik orang yang tersilap/berdosa adalah orang yang bertaubat.

begitu juga tadi, sang ustat tidak semestinya maksum, bebas dari penyakit riya', kibr, 'ujub. bisa aja Allah uji dia dengan kehebatan bahasa arabnya. apa dengan anugerah Allah ke atasnya dia berlagak di hadapan manusia "woi manusia, aku ini pandai arab, kamu ni jahil tidak mengerti mazhab bahasa dll"

itu omongan sang ustat ini yang bertele-tele. mau dipamerkan keahliannya, dialah yang bijak, pandai, cerdas..lagaknya ini membuatkan orang rimas dengannya.

mungkin sebagian orang perasan lagak si ustat ini, namun ingin ditegur "ishhh...apa-apaan sih, dia kan lagi ustat".
si ustat, sedar atau tidak. terkadang menjerit hati kecilnya "apa pantas aku mengucapkan ayat ini?"
lalu berbisik pula suara di sudut hatinya yang lain "gak apa-apa kok, bocah kecil seperti ini memang pantas dilayan kaye gini. biar dia rasakan, bukan dia
paham bahasa arab.apa yang aku lakukan ini, moga-moga bisa membungkam mulutnya"..si ustat bersangka baik dengan amalnya.
suara yang baru muncul tadi adalah penyejuk kegelisahan hatinya. saat hatinya gelisah "apa aku telah berbuat riya', takabbur dengan kata-kataku?
apa kata-kataku tadi merupakan satu bentuk perlecehan terhadap saudaraku?"
kata-kata penyedap hatinya menguburkan amalnya beserta akhlaq mulia seorang ustat.
hilang kemuliaan, diganti dengan kehinaan. hina di mata manusia, teman maupun musuh. hilang pula rahmat dari Allah.
saat Allah menguji hamba-Nya dengan nikmat yang diberi.
wa iyya dzubillah

sekali lagi, setiap manusia itu ada
silapnya dan setiap orang yang silap yang terbaik adalah orang yang bertaubat kepada Allah.

Syair yang digubah, milik asal Imam Syafie

"Berkatalah sekehendakmu untuk menghina kehormatanku
Toh, diamku dari orang hina adalah suatu jawaban
Bukanlah artinya aku tidak punya jawaban, tetapi
Tidak pantas bagi seorang manusia meladeni seekor beruk"

037 - Antara Dua Kebun.


Antara dua kebun.


Allahu azza wa jalla menurunkan al-Quran kepada hamba-Nya dalam bahasa arab yang jelas. Di dalamnya penuh dengan misal-misal yang membuatkan manusia dapat menganalisa mesejnya dengan baik sehinggakan mereka bersegera kepada perintah dan syariat Rabb-Nya sambil menyungkur sujud serta bergenang air mata mereka. Seperti mana jawapan orang-orang yang beriman setelah mendengar seruan Rabb mereka.

"Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada Rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Quran) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri); seraya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Quran dan kenabian Muhammad." (QS. al-Maidah 5:84)

Setiap orang yang mengucapkan kalimah thayyibah; syahadah Laa ilaaha illa Allah Muhammadur Rasulullah maka akan lahirk pohon keimanan di hatinya. Apabila cukup baja, siraman air dan penjagaan maka akan makin subur pohon tersebut. Ibarat pohon yang tumbuh di kebun di atas tanah tinggi. Cuba perhatikan tanaman di kawasan tanah tinggi, berapa banyak pohonnya yang subur. Hujan gerimis saja sudah cukup untuknya. Itulah perumpamaan pohon keimanan.

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik (kalimat thayyibah) seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, " (QS. Ibrahim 14:24)

Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam : Iman itu mempunyai 70 lebih cabang, yang tertinggi adalah mengucap kalimah Laa Ilaaha Illa Allah. (HR Bukhari no. 9 dan Muslim no. 35)

Allah menerangkan kepada hamba-Nya betapa besar nilai iman yang ada dalam diri seseorang insan itu dengan membandingkan dua jenis kebun.

Kebun yang pertama

“seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. al-Baqarah 2:265)

Siapa yang tidak menginginkan kebun yang kaya dengan hasil (buah-buahan) yang ada di dalamnya? Alangkah ruginya orang yang tidak menginginkan kebun yang sebegini. Kebun yang pertama ini hanya akan dimiliki oleh orang yang merealisasikan iman di dalam dirinya. Mereka menginfakkan harta mereka kepada Allah sebagai bukti Iman mereka kepada-Nya. Di mana Allah berfirman di awal ayat tersebut :

“Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, “seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat.” (QS. al-Baqarah 2:265)

Maka akan berkembanglah pohon keimanan yang ada di dalam dirinya seperti mana perumpamaan ayat di atas. Mereka menyuburkan lagi iman, dan mendapatkan buahnya berupa ganjaran dan pahala.

Kebun Yang kedua

"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu supaya kamu memikirkannya." (QS. al-Baqarah 2:266)

Ini adalah perumpamaan balasan bagi orang yang mementingkan hawa nafsunya dari Iman kepada Allah. Mereka menginfakkan harta kepada Allah bukan di atas dasar Iman, sedangkan Rasulullah menyebutkan bahawa sedekah itu adalah bukti (kepada iman) [HR Bukhari no. 233]. Akibat hawa nafsu yang didahulukan dari Imannya kepada Allah, maka pohon keimanan dan pahalanya menjadi sirna dengan berlalunya masa.

Dua hal yang penting

Pertama : Iman terhasil dari amal dan akan terus berkembang senada dengan bertambahnya amal. Ibarat pohon yang tumbuh di kebun yang memiliki tanah yang subur di tempat yang tinggi (robwah –tanah yang tinggi-). Selagi mana kita beramal dengan iman dan ikhlas serta mengharapkan ganjaran dari Allah, maka makin berkembanglah Iman dan pahala. (Tafsir Ibnu Katsir)

Kedua : Iman berkurang sesuai dengan keingkaran yang dilakukannya terhadap Allah. Tidak kira samada pengingkarannya akibat syubhat ataupun syahwat. Maka kedua hal ini akan merosakkan pohon keimanan dan ganjaran yang sepatutnya dia dapat.

Sungguh indah apa yang diturunkan oleh Allah, Tuhan yang Maha Mengetahui. Orang yang berakal pasti akan memelihara pohon keimanannya agar terus subur. Orang yang Allah telah berikan taufiq untuk memahami modal yang agung ini (iman), dipertanggung jawabkan untuk terus mengusahakan dua hal :

Pertama : merealisasikan pohon keimanan dan cabang-cabangnya, serta membuktikannya dengan ilmu dan pengamalan sekaligus.

Kedua : berusaha menolak segala hal yang menafikan, membatalkan atau menguranginya berupa fitnah-fitnah yang zahir dan batin. Dia mendahulukan perkara yang sepatutnya dilakukan untuk menyempurnakan apa yang belum disempurnakannya dan apa yang perkara yang paling segera dilakukannya dengan taubat nasuha serta mengejar perkara yang tertinggal sebelum hilang kesempatan baginya. (2 poin di atas dinukil dari at-Taudhih wal Bayan Li Syajaratil Imaan, Ibnu as-Sa’di)

Begitulah keadaan seorang mukmin, memiliki pohon yang bermacam buahnya di dalam kebun yang tanahnya subur, mereka pasti akan berusaha menjaga kesuburan pohon-pohon yang ada di dalamnya.

Untuk merealisasikan iman di dalam dirinya, diperlukan bukti pada amal zahirnya agar terus dia mendapatkan buah dan pohon iman yang subur. Dan setelah itu dituntut pula istiqamah, siapa yang tidak mahu mendapatkan pohon yang subur yang menghasilkan buah? Orang yang memikirkan permisalan antara 2 kebun di atas pasti akan berusaha menjaga 2 hal tersebut, agar imannya sentiasa berkembang dan membuahkan hasil ibarat pohon yang tumbuh di dalam kebun yang tanahnya subur.

036 - Allah Meliputi Segala Sesuatu

Allah Meliputi Segala Sesuatu

Di antara cabang keimanan itu antaranya ialah mengimani sifat-sifat Allah kerana Allah Ta’ala telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya yang mulia. Allah mengkhabarkan bahawasanya Dia berada di atas makhluk-Nya dan juga Dia meliputi segala sesatu sebagaimana firman-Nya

“Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 41:54)

Kami cuba menerangkan secara ringkas –dengan pertolongan dari Allah- tentang makna al-Muhith.

Firman Allah

“padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka”(QS. al-Buruj 85:20)

“Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 41:54)

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.”(QS. an-Nisaa’ 4:126)

Ibnu Abil Izz al-Hanafi di dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah ketika mensyarahkan poin, "Allah tidak memerlukan 'Arsy" , beliau menyebutkan bahawa :
arti Allah itu meliputi segala sesuatu bukan bererti Allah itu ibarat orbit peredaran di mana seluruh makhluk termasuk di dalam diri-Nya yang maha Suci. Sungguh maha suci Allah daripada semua itu.

Tapi apa yang dimaksudkan adalah meliputi dalam makna

إحاطة عظمته، وسعة علمه وقدرته، وأنها بالنسبة إلى عظمته كالخردلة

keagungan, keluasan, ilmu dan kekuasaan. Sesungguhnya segala makhluk itu apabila dibandingkan dengan keagungan-Nya ibarat sebutir biji sawi.
Inilah penjelasan ulama salaf tentang makna محيط.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas :
Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi berikut seluruh yang ada di dalam keduanya, di sisi Allah tidak ubahnya seperti biji sawi yang ada di tangan salah seorang diantaramu. (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsirnya surah az-Zumar ayat 67. Berkata Syaikh Sulaiman Abdullah di dalam kitabnya Ibthalul Tandid “Dan sanad hadis ini adalah sahih”. Hadis ini hanya terhenti (mauquf) kepada Ibnu Abbas sebagaimana yang disebutkan di dalam Syarah Risalah Tadmuriyah)
Dan kemudian, al-Imam Ibnu Abil Izz berkata :
Dan sesuatu hal yang dimaklumi –namun Allah tetap memiliki sifat yang tidak dapat dianalogikan-, bahawa jika salah seorang di antara kjta memiliki sebutir biji sawi, kalau dia mahu, boleh saja dia menggenggamnya sehingga biji sawi tersebut tergenggam ditelapak tangannya atau kalau dia mahu, dia juga dapat meletakkannya di bawah tangannya. Dalam dua keadaan ini biji sawi tersebut tetap terpisah darinya, dia tetap lebih tinggi dari biji sawi itu dan mengatasinya ditinjau dari sudut manapun. Lalu bagaimana dengan yang Maha Agung, yang keagungan-Nya tidak dapat diliputi dengan kriteria yang bagaimanapun.
Bukanlah bererti perkataan Muhith itu adalah bahawasanya Allah itu meliputi bersama makhluknya seperti makna, Allah wujud di mana-mana. Maha Suci Allah daripada yang disangkakan oleh sebahagian orang yang menyimpang. Akan tetapi makna muhith itu adalah “Ilmu, kekuasaan, keagungan Allah yang meliputi segala sesuatu”.

Allahu a'lam

Maraji'

1) Tahdzib Syarah Aqidah ath-Thahawiyah Syaih Abdul Akhir Ghunaim terbitan Pustaka At-Tibyan
2)Syarah Aqidah ath-Thahawiyah lil Ibnu Abil Izz al-hanafi (Maktabah Syamilah)
3) Tafsir Thabari (Maktabah Syamila)
4) Syarah Risalah Tadmuriyah (Maktabah Syamilah)

035 - Apa itu Syirik?

Apa itu Syirik?

Anda tahu apa itu syirik? Mungkin ada sebahagian orang yang akan mendefinisikan syirik dengan “Menyekutukan Allah”. Ada pula yang berkata “menyembah selain Allah” dan mungkin ada juga yang berkata “percaya kepada selain Allah”. Inilah antara jawapan yang sering kita dengar bagi makna syirik.

Untuk semua jawapan di atas, maka itulah antara definisi syirik. Dalam risalah yang serba ringkas ini, saya cuba menerangkan apa itu definisi syirik. Wallahul Musta’an

Definisi Syirik

Syirik ialah menyekutukan Allah Ta’ala dengan sesuatu apapun. Hal ini terbahagi kepada 3 bahagian :

Pertama: Jika seseorang itu menganggap bahawa ada Pencipta selain dari Allah maka dia telah mensyirikkan Allah. Inilah yang dipanggil syirik dalam Rububiyah-Nya. Lawan kepada syirik dalam Rububiyah adalah Tauhid Rububiyah iaitu mengakui bahawa Allah adalah Pencipta segala sesuatu.

Kedua: Jika dia menganggap ada sesuatu yang layak disembah selain Allah, maka dia telah mensyirikkan Allah dari segi Uluhiyah-Nya. Lawan kepada syirik ini ialah Tauhid Uluhiyah iaitu mengakui bahawa Allah adalah satu-satunya Dzat yang layak disembah sedangkan penyembahan yang dilakukan oleh manusia kepada selain dari Allah adalah batil.

Ketiga: Jika dia menganggap ada sesuatu yang sama dan setara dengan Allah maka dia telah mensyirikkan Allah dari segi asma` wa sifat-Nya. (Ensiklopedia Islam Kamil Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Adullah at-Tuwaijiri dengan sedikit perubahan)

Syirik Terbahagi kepada 2

Pertama: Syirik Akbar (Syirik Besar). Contohnya seperti menyembah kayu,batu, juga seperti dalam definisi di atas.

Kedua: Syirik Asghar (Syirik Kecil). Contohnya seperti riya’ (berbuat sesuatu kerana ingin dilihat orang). [InsyaAllah akan dibahas lebih lanjut pada perbahasan yang akan datang biiznillahi ta’ala]

Bahaya Syirik Kecil?

Syirik Kecil dapat mengurangi nilai tauhid dan dapat membawa kepada syirik yang besar dan pelakunya menjadi hina. (Ighatsatul Lahfan, Ibnul Qayyim dan al-Kamil dengan sedikit ringkasan)

Bahaya Syirik Besar?

1) Lawan dari tauhid ialah syirik, dan syirik merupakan kezalimaan yang paling besar. Sedangkan tauhid adalah keadilan yang paling besar.

Allah Ta’ala menyebutkan nasihat Luqmanul Hakim kepada anaknya di dalam firman-Nya:
"Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (menysirikkan) Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar." (QS. Luqman 31:13)

Islam adalah agama yang mengajarkan keadilan. Berlaku adil sesama manusia, adil kepada makhluk yang bernyawa dan yang paling utama yang diajarkan ialah agar manusia berlaku adil kepada Allah iaitu hendaklah mereka mentauhidkan/ mengesakan Allah Azza Wa Jalla. Inilah inti ajaran Islam, iaitu supaya manusia hanya men-Esakan Allah dengan cara hanya menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya walau hanya sekali.

2) Tidak diampuni dosanya dan haram ke atasnya syurga. Firman Allah :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. an-Nisa’ 4:48)

“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. al-Maidah 5:72)

3) Dihapuskan seluruh amalan kebaikannya. Firman Allah

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. az-Zumar 39:65)

4) Kekal di dalam neraka

“Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk.” (QS. al-Bayyinah 98:6)

Sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

Barangsiapa yang meninggal dunia sedang dia mengambil sembahan selain Allah sebagai tandingan (sekutu), maka dia masuk neraka.(Muttafaqun ‘alaihi)

Berfikirlah wahai Insan

Lihatlah wahai saudaraku, akibat dari melakukan kesyirikan memberikan pengaruh yang sangat mengerikan. Jika ditanyakan kepada kita, “siapa yang ingin masuk ke neraka?”. Pasti tiada yang ingin duduk di dalamnya walaupun sesaat. Namun, apakah kita tahu diri kita telah terbebas dari melakukan kesyirikan? Adakah kita tahu jalan-jalan yang dapat membawa kita kepada kesyirikan? Ketahuilah bahawa syirik itu mempunyai beberapa jalan, hanya dengan mengetahui jalan tersebut barulah kita terbebas dan menghindari dari dosa syirik.

Jalan-jalan yang membawa kepada kesyirikan

Pertama: Kejahilan adalah merupakan jalan utama yang membawa manusia kepada kesyirikan. Allah Azza wa jalla berfirman :

“Katakanlah: "Maka apakah kamu menyuruh aku menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?"”(QS. az-Zumar 39:64)

Kedua, kerana dia meletakkan kepercayaan atau dia bergantung kepada selain Allah adalah antara sebab yang membawa kepada kesyirikan. Namun poin kedua ini timbul akibat daripada kejahilannya tentang Allah Ta’ala.

Ketiga, berlebih-lebihan dalam memuji. Seperti perbuatan Kaum Nabi Isa berlebih-lebihan dalam memujinya sehingga menjadikan Nabi Isa sebagai Tuhan.
Inilah antara definisi syirik yang dapat saya sampaikan secara ringkas. Semoga Allah memelihara kita dari dosa syirik. Allahul Muwaffiq

Rujukan :
Ensiklopedia Islam al-Kamil Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Adullah at-Tuwaijiri terbitan Darus Sunnah
Tahdzib Syarah ath-Thahawiyah jilid 1 terbitan Pustaka at-Tibyan
Tafsir Ibnu Katsir jil 3 Pustaka Imam Syafie