036 - Allah Meliputi Segala Sesuatu

Allah Meliputi Segala Sesuatu

Di antara cabang keimanan itu antaranya ialah mengimani sifat-sifat Allah kerana Allah Ta’ala telah menyebutkannya di dalam kitab-Nya yang mulia. Allah mengkhabarkan bahawasanya Dia berada di atas makhluk-Nya dan juga Dia meliputi segala sesatu sebagaimana firman-Nya

“Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 41:54)

Kami cuba menerangkan secara ringkas –dengan pertolongan dari Allah- tentang makna al-Muhith.

Firman Allah

“padahal Allah mengepung mereka dari belakang mereka”(QS. al-Buruj 85:20)

“Ingatlah bahwa sesungguhnya Dia Maha Meliputi segala sesuatu.” (Fushshilat 41:54)

“Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan apa yang di bumi, dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.”(QS. an-Nisaa’ 4:126)

Ibnu Abil Izz al-Hanafi di dalam Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah ketika mensyarahkan poin, "Allah tidak memerlukan 'Arsy" , beliau menyebutkan bahawa :
arti Allah itu meliputi segala sesuatu bukan bererti Allah itu ibarat orbit peredaran di mana seluruh makhluk termasuk di dalam diri-Nya yang maha Suci. Sungguh maha suci Allah daripada semua itu.

Tapi apa yang dimaksudkan adalah meliputi dalam makna

إحاطة عظمته، وسعة علمه وقدرته، وأنها بالنسبة إلى عظمته كالخردلة

keagungan, keluasan, ilmu dan kekuasaan. Sesungguhnya segala makhluk itu apabila dibandingkan dengan keagungan-Nya ibarat sebutir biji sawi.
Inilah penjelasan ulama salaf tentang makna محيط.

Hal ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas :
Tujuh lapis langit, tujuh lapis bumi berikut seluruh yang ada di dalam keduanya, di sisi Allah tidak ubahnya seperti biji sawi yang ada di tangan salah seorang diantaramu. (Dikeluarkan oleh Ibnu Jarir di dalam tafsirnya surah az-Zumar ayat 67. Berkata Syaikh Sulaiman Abdullah di dalam kitabnya Ibthalul Tandid “Dan sanad hadis ini adalah sahih”. Hadis ini hanya terhenti (mauquf) kepada Ibnu Abbas sebagaimana yang disebutkan di dalam Syarah Risalah Tadmuriyah)
Dan kemudian, al-Imam Ibnu Abil Izz berkata :
Dan sesuatu hal yang dimaklumi –namun Allah tetap memiliki sifat yang tidak dapat dianalogikan-, bahawa jika salah seorang di antara kjta memiliki sebutir biji sawi, kalau dia mahu, boleh saja dia menggenggamnya sehingga biji sawi tersebut tergenggam ditelapak tangannya atau kalau dia mahu, dia juga dapat meletakkannya di bawah tangannya. Dalam dua keadaan ini biji sawi tersebut tetap terpisah darinya, dia tetap lebih tinggi dari biji sawi itu dan mengatasinya ditinjau dari sudut manapun. Lalu bagaimana dengan yang Maha Agung, yang keagungan-Nya tidak dapat diliputi dengan kriteria yang bagaimanapun.
Bukanlah bererti perkataan Muhith itu adalah bahawasanya Allah itu meliputi bersama makhluknya seperti makna, Allah wujud di mana-mana. Maha Suci Allah daripada yang disangkakan oleh sebahagian orang yang menyimpang. Akan tetapi makna muhith itu adalah “Ilmu, kekuasaan, keagungan Allah yang meliputi segala sesuatu”.

Allahu a'lam

Maraji'

1) Tahdzib Syarah Aqidah ath-Thahawiyah Syaih Abdul Akhir Ghunaim terbitan Pustaka At-Tibyan
2)Syarah Aqidah ath-Thahawiyah lil Ibnu Abil Izz al-hanafi (Maktabah Syamilah)
3) Tafsir Thabari (Maktabah Syamila)
4) Syarah Risalah Tadmuriyah (Maktabah Syamilah)

Comments :

4 comments to “036 - Allah Meliputi Segala Sesuatu”
Abu Hurairah berkata...
on 

fadzil kata : ya zat allah diatas meliputi segala sesuatu tapi pada hakikat ingat pada hakikat allah tidak bertempat (15 Jun 09, 17:25)

fadzil kata : wahai quest apa yg dimaksudkan an-nisaa 126 tanpa takwil (15 Jun 09, 21:58)

fadzil kata : allah meliputi segala sesuatu (15 Jun 09, 21:59)

maka saya menjawab, jadi apalah makna firman Allah dalam surah ali-Imran ayat 137
" فَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ "
perkataan fii bermakna di dalam, adakah Allah suruh berjalan di dalam bumi??

ini adalah uslub bahasa al-Quran, kamu ni menakwil dgn kepala sendiri. ayat surah an-nisa' tu Allah perincikan lagi dalam surah yg lain. lihat ayat kursi, Allah memulakan dgn ilmu kemudian baru perktaan meliputi.

"Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui (yuhiithuuna) apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya."

al-muhith di situ menunjukkan ilmuNya bukan DzatNya...pk dalam2 la mat!!

al-Imam Thabari menyebutkan maksud firman Allah di situ adalah 'ilmu, tidak ada sesuatupun yg tersembunyi dari-Nya." Tafsir Thabari tafsir ayat Kursi.

firman Allah surah an-Nisa' ayat 126: dan adalah (pengetahuan) Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

ini terjemahan yg kita dapat dari terjemahan al-Quran yg sedia ada, tp sdr terjemahkan ayat an-nisa' 126 = dan adalah Allah Maha Meliputi segala sesuatu.

saya katakan, apa bukti/burhan sdr ttg pemahaman sdr ni? ada hujah dr hadis nabi atau perkataan ulama lain? atau sdr menafsirkan dgn aqal sdr? bukankah nabi sebutkan, "barangsiapa yg mengatakan ttg Al-Quran dgn ra'yi (aqal) nya, maka periapkan tempatnya di dalam nereka (HR Ahmad).

sy hrp sdr bkn org yg mcm ini.

macam yg sy katakan, adakah ayat 137 surah ali-imran itu Allah menyuruh kita berjalan di dalam bumi?

kerana itu, al-Quran perlu dilihat dari keseluruhan ayatnya, barulah kita dapat memahami apa yg dikehendaki oleh Allah.

Abu Hurairah berkata...
on 

fadzil, lihat firman Allah, surah Thaha 20:98

Sesungguhnya Tuhanmu hanyalah Allah, yang tidak ada Tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu."

Thalaq 65:12

agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.

kahfi 18:91
demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.

ini berkaitan dgn ilmu Allah meliputi sgala sesuatu.

berhujah punye panjang, tp tafsir guna aqal sendiri.

Abu Hurairah berkata...
on 

berkata al-Qadiy bakilani :

Apabila ada seseorang yang bertanya : “Dimanakah Allah ?”. Dikatakan kepadanya : “Pertanyaan ‘dimana’ adalah pertanyaan yang menyangkut tempat, dan Dia tidak boleh dilingkupi oleh satu tempat. Tidak pula satu tempat bisa meliputi-Nya. Namun, kita hanya boleh mengatakan (atas pertanyaan itu) : ‘Dia berada di atas ‘Arsy-Nya’, dimana hal itu tidak berkonsekuensi makna wujud badan (jism) yang bersentuhan dan berbatasan/berdekatan. Maha Tinggi (Allah) dari atas semua itu dengan setinggi-tinggi dan seagung-agung-Nya !” [At-Tamhiid, hal. 300-301].

perumpamaan Ibnu Abbas dengan biji sawi dan genggaman manusia..diibaratkan tujuh lapis bumi dan langit.

ok, perbandingannya macam ni : kita menggenggam biji sawi yg mana kita mengentahui jisim, berat, isipadu, warna, dan semua sifat2 yg ada pada biji sawi..seluruhnya kita tahu.
jasad kita terpisah/tidak menyatu/lebih mulia dari biji sawi tersebut, ilmu/pengetahuan kita tentang biji sawi itu meliputi segala2nya baik wara, berat, isi padu dll..jadi ilmu itu masih berada pada jasad kita, tidak terpisah pun.

begitu juga penisbatan yg lebih mulia dan tinggi terhadap Allah (dan bagi Allah permsalan yg lebih tinggi)..ilmu-Nya ada pada diri-Nya, tidak terpisah, sedangkan pengetahuan-Nya ttg bumi dan langit meliputi segala sesuatu dan Dia isitwa' di Arasy-Nya yg berada di atas..

Allah tetap berada di atas Arasy-Nya, ilmu-Nya meliputi segala sesuatu, dan atas tidak menunjukkan kepada Allah itu terbatas, memerlukan tempat.

Allahu a'lam.

Abu Hurairah berkata...
on 

fadzil,
sifat orang bagi orang yg pandai/tahu adalah berilmu..
kita tahu/ada ilmu ttg ciri2 yg ada pada biji sawi..

adakah ilmu/pengetahuan kita terpisah dari jasad kita?

bagi Allah, permisalan yg lebih tinggi dari ini, Dia mempunyai ilmu, dan pengetahuan-Nya/ilmu-Nya meliputi segala sesuatu..adakah ia terpisah dari diri-NYa?

jika kamu kata ya, kamu berdusta terhdadap Allah serta membawa analogi yg menyimpang.

Ilmu Allah tidak sama seperti ilmu makhluk, manusia pada asalnya tiada ilmu = bodoh. sedangkan Allah, ilmunya telah ada pada-Nya sejak azali, dan Dia tidak ditimpa kebodohan.

Dia Mengetahui yg lahir dan batin, yang baru, sedang dan akan berlaku.