051- Belajar tentang Iman

Belajar tentang Iman

Antara perkataan yang paling banyak kita terjumpa di dalam al-Quran adalah iman. Perintah Allah kepada para Rasul adalah supaya mereka memerintahkan umat manusia untuk beriman kepada Allah dan menjauhi thagut. Iman adalah lawan kepada syirik. Sebagaimana firman Allah :

“Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut” (QS. an-Nahl 16:36)

Menjahui thagut adalah dengan cara mengkufurinya dan beriman kepada Allah sebagaimana firman-Nya : sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut[162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. (QS. al-Baqarah 2:256)

Setelah itu barulah kita terselamat dari jalan yang sesat dengan cara beriman kepada Allah dan mengingkari thagut (sekutu) bagi Allah.

Kerana iman yang tidak bercampur syirik, maka ianya adalah jalan keselamatan, dan inilah yang diperintahkan kepada nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar memerintahkan manusia untuk beriman kepada Allah. Orang yang beriman kepada Allah, maka layak baginya syurga yang luasnya tidak terhingga, dipenuhi oleh nikmat-nikmat yang abadi, maka beruntunglah orang-orang yang menetap di dalamnya kerana tidak ada kematian setelah itu, tidak ada lagi kesedihan setelah itu, tidak ada lagi kesusahan setelah itu. Mereka berada di dalam syurga kekal selamanya.

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَمَنْ قَالَهَا فَقَدْ عَصَمَ مِنِّي مَالَهُ وَنَفْسَهُ إِلَّا بِحَقِّهِ وَحِسَابُهُ عَلَى اللَّهِ

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sehingga mereka berucap tidak ada Ilah yang berhak disembah melainkan Allah, barangsiapa yang mengucapkan tidak ada Allah Ilah yang berhak disembah melainkan Allah, maka dia telah terbebas dari ku, jiwa dan hartanya kecuali dengan haknya. Dan perhitungannya ke atas Allah Azza wa Jalla. (HR Bukhari no. 1312)

مَنْ مَاتَ وَهُوَ يَعْلَمُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ

Barangsiapa yang mati, sedangkan dia mengetahui bahawa tidak ada Ilah melainkan Allah, maka dia masuk syurga. (HR Muslim no. 38)

Erti iman

Berkata Imam Abul Ma’aliy al-Qazwiini : Iman adalah pecahan dari kata aman lawan dari kata ketakutan (al-Khauf). Iman menurut kemutlakannyaJustify Full adalah percaya. (Mukhtasar Syu’abul Iman ms. 2)

Al-Faqihuz zaman Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Utsaimin menyebutkan bahawa ;
Iman itu adalah pengakuan yang mengharuskan adanya sikap menerima, tunduk dan patuh. Sedangkan apabila seseorang itu hanya beriman dengan sesuatu tanpa ada rasa sikap menerima serta tunduk patuh maka demikian itu bukanlah sikap yang disebut dengan iman. (Syarah hadits Jibril ms. 4)
Syaikh Shalih Fauzan al-Fauzan menyimpulkan perkataan ulama mengenai definisi iman dengan berkata : sebagaimana yang dikatakan oleh para ulama adalah, (iman) ucapan dengan lisan, pembenaran (i’tiqad) dengan hati dan amal dengan anggota badan, yang bertambah dengan ketaatan dan berkurang dengan maksiat. (ta’liqat al-Mukhatsarah ‘ala Matan al-‘Aqidah ath-Thahawiyah ms. 222)

Iman tempatnya di dalam hati iaitu percaya, dizahirkan dengan perbuatan iaitu beramal soleh dan menunaikan perintah dan menjauhi larangan, dan diucapkan dengan lisan bermakna bersyahadah dengan kalimat thayyibah.

Ampunan, redha, maghfirah, rahmat Allah hanya akan dimiliki oleh orang yang beriman. Kita boleh mendapatkan semua perkara tersebut dengan ilmu yang benar. Apabila ilmu yang kita yakini itu benar, barulah iman itu benar. Iman ditafsirkan dengan percaya, jadi bagaimana seseorang itu boleh mempercayai sesuatu yang dia tidak tahu atau kita jahil tentangnya, yang pasti dia hanya boleh percaya kepada sesuatu yang dia telah tahu. Kerana itu pentingnya ilmu yang benar baru kemudian terwujudnya iman yang benar.

Inilah tujuan utama manusia dan jin diciptakan. Mereka wajib beriman kepada Allah, beriman dengan wujud Allah, Rububiyah-Nya, Uluhiyah-Nya dan asma’ wa sifat-Nya. Jika semua ini terdapat pada diri seseorang maka benarlah imannya sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama antaranya Syaikh Utsaimin di dalam kitab Syarah hadits Jibril.

Pentingnya iman


Imanlah penyelamat kepada diri setiap insan. Nilai keimanan yang ada dalam diri seorang muslim menentukan baginya syurga atau neraka. Setiap manusia bertingkat-tingkat sisi keimanan mereka, ada yang seperti gunung dan ada pula yang lebih kecil sehinggakan sebesar biji sawi. Setiap yang beriman, akan dimasukkan ke syurga Allah sekalipun orang yang memiliki iman sebesar biji sawi. Allah Tabaraka Wa Ta’ala berfirman di dalam hadits Qudsi :
Keluarkan dari neraka orang yang di dalam hatinya masih ada Iman, sekalipun sebesar biji sawi yang paling kecil. (HR Bukhari no. 7510 dan Muslim no. 192)
Jadi penting untuk kita ketahui jalan-jalan yang membawa kepada bertambahnya iman dan hal-hal yang menguranginya. Ayat al-Quran di bawah ini menyatakan bagaimana riangnya perasaan seorang mukmin akibat nikmat iman yang dimilikinya dan itulah yang ingin dimiliki oleh setiap insan. Semoga Allah menganugerahkan kepada kita iman seperti mereka.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gementarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.” (QS. al-Anfal 8:2)

“Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, dan mereka merasa gembira.” (QS. at-Taubah 9:124)

“supaya orang-orang yang diberi Al-Kitab menjadi yakin dan supaya orang yang beriman bertambah imannya” (QS. al-Muddatsir 74:31)

Rujukan :

1) Syarah Aqidah Wasithiyah, Syaikh Ibnu Utsaimin
2) Syarah hadits Jibril, Syaikh Ibnu Utsaimin
3) Jami'ul Ulum Wal Hikam, Ibnu Rajab
4) Penjelasan Ringkas Matan Aqidah Thahawiyah, Syaikh Shalih Fauzan

Comments :

0 comments to “051- Belajar tentang Iman”