016 - Projek Melahirkan Generasi Al-Quran Seperti Nabi Dan Para Sahabat. -Siri 2-

Adakah kita telah mentadabburi al-Quran atau kita tidak mahu mentadabburi al-Quran?

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”(QS. Muhammad 47:24

Inilah persoalan pokok bagi setiap muslim. Sewajarnya mereka bertanya kepada diri mereka sendiri. Mengapa aku perlu membaca al-Quran? Apa yang aku dapat dengan al-Quran? Persoalan begini sebenarnya merupakan tempelak bagi mereka. Agar mereka sedar dan mengerti bahawa mereka dicipta dan hidup bukan hanya untuk bersenang-lenang. Mereka ada misi dan tujuan yang lebih besar dari usaha yang mereka lakukan bagi memenuhkan perut dan nafsu mereka. Iaitu mentauhidkan Allah dan menjauhi thagut. Kerana apabila mereka memerhatikan al-Quran, mereka akan mengenal Allah. Mengenal syariat dan perintah-Nya, dan dengan al-Quran mereka tahu bahawa tidak ada kebenaran melainkan apa yang telah termaktub di dalam al-Quran.

Dan dari situ mereka akan meninggalkan segala bentuk penyembahan kepada selain Allah dan mewujudkan hakikat (kebenaran) 'ubudiyah kepada Allah. Semua itu bermula dengan usaha mereka mempelajari al-Quran dan mentadabburinya.

Sebab-sebab mengapa kita perlu memahami/mentadabburi al-Quran

1)Sebagai Petunjuk, Rahmat, Penawar, Pelajaran.

Syaikh Abdur Razzaq al-‘Abbad ketika menghuraikan sebab-sebab faedah hasil perenungan terhadap al-Quran, beliau mengatakan :

Allah telah menurunkan Kitab-Nya yang nyata kepada hamba-Nya sebagai petunjuk, rahmat, pelita, cahaya, kabar gembira dan peringatan bagi orang yang mengambil pelajaran.
Allah ta’ala berfirman :

“Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya…”(QS. al-An’am 6:92)


“Dan Al-Quran itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat.”(QS. al-An’am 6:155)

“Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan sebuah Kitab (Al Quran) kepada mereka yang Kami telah menjelaskannya atas dasar pengetahuan Kami; menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”(QS. al-A’raf 7:52)

“....Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”(QS. al-Nahl 16:89)

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”(QS. Shad 38:29)

“Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,”(QS. al-Isra’ 17:9)

“Dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS. al-Isra’ 17:82)

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.”(QS. Qaff 50:37)

Ayat-ayat yang mulia ini menjelaskan keutamaan al-Quranul Karim, Kitab Rabb semesta alam. Allah menjadikannya penuh dengan keberkahan dan sebagai petunjuk bagi semesta alam. Allah menjadikan ubat di dalamnya untuk berbagai macam penyakit, terutama penyakit hati berupa syubhat dan syahwat.

Allah menjadikannya sebagai kabar gembira dan rahmat bagi semesta alam, juga sebagai peringatan bagi orang-orang yang selalu mengambil pelajaran. Allah menjadikannya sebagai petunjuk kepada jalan yang lurus. Di dalamnya mengungkapkan tanda-tanda kekuasaan-Nya juga ancaman-ancaman-Nya agar mereka selalu bertaqwa dan beringat. [1]

Dengan begini jelas dalil yang diutarakan, adakah kita masih lagi kabur tentang kepentingan memahami al-Quran? Tidak ada cara pintas untuk kita memahami al-Quran melainkan kita mulakan dengan membacanya, kemudian melihat tafsir-tafsirnya dari para Mufassirin (pakar tafsir). Inilah cara terbaik untuk mentadabburi dan memahami al-Quran.

2)Al-Quran memiliki perintah mentauhidkan Allah

Ibnul Qayyim berkata :

"Bahawasanya seluruh ayat dalam al-Quran terkandung padanya Tauhid, yang mempersaksikan dan selalu menyeru kepadanya. Kerana kandungan al-Quran, kalau tidak berisi pemberitaan tentang Allah, nama-nama, Sifat-Sifat serta perbuatan-Nya dan ini adalah tauhid ilmi wal khabari (ilmu dan pemberitaan), maka isinya adalah dakwah kepada peribadahan hanya untuk Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya dan meninggalkan semua yang disembah selain Allah dan ini adalah tauhid al-irodiy wa at-tholabiy (kehendak dan tuntutan) .

Selain itu, isi al-Quran kalau bukan berupa perintah, larangan dan kewajipan untuk mentaati Allah dalam larangan dan perintahnya – dan ini adalah hak-hak tauhid dan penyempurnanya-, maka isinya adalah pemberitaan tentang karomah Allah terhadap orang-orang yang bertauhid dan yang taat kepada-Nya, dan apa-apa yang ditentukan baginya di dunia dan perkara-perkara yang menyebabkan mereka mulia di akhirat dan ini adalah balasan mentauhidkan Allah.

Al-Quran juga mengandung pemberitaan tentang pelak kesyirikan dan apa-apa yang Allah tentukan baginya di dunia serta berbagai balasan di dunia yang menyengsarakan mereka, dan apa saja yang akan menimpa mereka kelak dari berbagai azab, ini merupakan pemberitaan mengenai orang-orang yang keluar dari ketentuan hukum tauhid. Maka seluruh al-Quran mengandungi perkara tauhid, hak-haknya dan balasannya. Begitu juga perkara syirik, pelakunya serta balasan untuk mereka.

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Yang menguasai hari pembalasan. Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. (QS. al-Fatihah 1:1-7) [2]

Tidak kah kamu memerhatikan wahai saudaraku, betapa tingginya nilai tauhid apabila kita merenungi al-Quran. Dan inilah jawapan bagi peroalan di atas, kita perlu memahami al-Quran kerana kewajipan kita merealisasikan ‘ubudiyah pada Allah berupa Tauhid dan Taqwa. Dan perkara ini tidak tercapai dengan angan-angan, namun dengan usaha.

Mulakan langkahmu dengan belajar memahami al-Quran. Nescaya kamu akan mengetahui bagaimana Nabi dan para sahabat nya layak diredhai oleh Allah. Dan dari situ kamu akan menjadi sebahagian dari mereka. Kepada Allah kita memohon taufiq.

3) Kandungan al-Quran mengembang dan menaikkan iman.

Jika dilihat, para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, mereka sentiasa berlumba-lumba untuk menaikkan iman mereka. Mereka menekuni untuk membaca al-Quran dengan kadar tadabbur yang paling tinggi. Kerana mereka mengerti, mereka akan mengenal Tuhan mereka andai kata mereka meneliti al-Quran. Semakin mereka mengenal Tuhan mereka, semakin bertambah iman mereka. Kemudian melahirkan rasa takut kepada Pencipta mereka. Merasa betapa kerdilnya diri. Itulah orang mukmin yang telah diceritakan oleh Allah dalam al-Quran, dan mukmin yang dimaksudkan, tidak lain mereka adalah Para Sahabat ridhwanallah 'alaihim jamii'an.

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.”(QS. al-Anfal 8:2)

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah :
Seorang hamba akan sentiasa mengambil manfaat hasil dari tadabbur mereka pada kitabullah. Hatinya akan terasa bahawa di dalamnya terkandung banyak ilmu yang dapat menambahkan keimanan dan memperkuatkannya. Bagaimana tidak ? Sementara di dalamnya dia bertemu Raja Yang Agung, Maha Pengasih, dermawan dan Indah.

Demikianlah adanya. Dia akan mencintainya dan berlumba-lumba untuk mendekatkan diri pada-Nya, menginfakkan nafasnya di dalam mencintai-Nya. Allah akan ia cintai dari yang lain. Dia akan mementingkan redha-Nya dari keredhaan yang lain.

Ia akan gemar berzikir kepada-Nya, mencintai-Nya, merindukan-Nya dan merasa tidak tertahan dengan-Nya. Zikir adalah makanannya, kekuatannya dan ubatnya. Jika zikir itu rosak, maka ia akan rosak dan hancur dan tidak dapat mengambil manfaat dari kehidupannya. [3]

Berkata al-Ajurri rahimahullah :
Dan barangsiapa yang merenungi kalam-Nya, nescaya dia akan mengenal Rabb-nya, mengetahui besarnya kerajaan dan kekuasaannya, mengetahui besarnya kurnia yang diberikan kepada orang-orang yang beriman, mengetahui ibadah yang diwajibkan kepadanya sehingga ia akibat dari manfaat tadi, dia menjauhi segala hal yang dialrang oleh kekasihnya Yang Mulia. Dia akan mencintai segala hal yang dicintai oleh kekasihnya.
Barangsiapa yang memiliki sifat seperti itu ketika membaca al-Quran dan ketika mendengarnya dari orang lain, maka al-Quran merupakan ubat baginya, sehingga dia merasa kaya walaupun tidak memiliki harta, dia akan merasa mulia walau tidak memiliki keluarga.

Ia akan merasa tahan dengan apa yang orang lain takuti. Pertanyaan yang sering dia fikirkan ketika membaca al-Quran adalah, ”bilakah aku dapat mengambil manfaat dari bacaan Quran ku ini?”. bukannya ”bilakah aku dapat menghabiskan bacaan ku ini?”. Aku bertekad untuk dapat memahami memetik faedah dari bacaan darinya. Kerana ibadah bacaan al-Quran tidak dapat dilakukan dalam keadaan lalai. Hanya Allah-lah yang dapat memberi pertolongan dalam semua itu. [4]

Kerana itulah Allah memerintahkan orang-orang supaya merenungi kandungan al-Quran dan mendorong mereka. Firman Allah ta’ala:

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.”(QS. an-Nisa’ 4:82)

“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?”(QS. Muhammad 47:24)

Dan Allah telah mengkhabarkan bahawa al-Quran diturunkan supaya direnungi dan di tadabburi.

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran.”(QS. Shaad 38:29) [5]

Ana bertanya, apa yang paling bernilai selain iman wahai akhi? Kita sering bercerita tentang generasi al-Quran yang unik, namun kita kosong dari usaha seperti mereka. Jika kita melihat sirah mereka, kita dapat melihat iman mereka bertambah dengan bacaan, tadabbur mereka terhadap al-Quran. Sangat sedikit sekali orang seperti mereka di zaman ini yang merenungi al-Quran, apatah lagi tersentuh dengan bacaan al-Quran.

Iman bertambah dengan ketaatan, dan berkurang kerana maksiat. Membaca, mentadabburi al-Quran merupakan ketaatan. Tapi kita tidak hanya dituntut membaca kerana di sana ada lagi tuntutan utama yang InsyaAllah akan dibahas nanti.

Seterusnya, Ibnul Qayyim menyimpulkan akibat dari usaha membaca, memahami, mentadabburi al-Quran. Beliau berkata :

"Kesimpulannya tidak ada yang lebih bermanfaat bagi hati daripada membaca al-Quran dengan penuh perenungan dan penghayatan, kerana sesungguhnya al-Quran telah mengumpulkan semua kedudukan orang-orang yang menempuh kebaikan, keadaan orang-orang yang selalu menempuh kebaikan, dan kedudukan orang-orang yang arif (tahu).

Al-Quran lah yang dapat menimbulkan rasa cinta, kerinduan, takut, pengharapan, kembali, tawakkal, penyerahan, syukur, bersabar dan semua keadaan yang dengannya hati menjadi hidup lagi sempurna. Al-Quran pun dapat menjauhkan seseorang dari segala sifat dan perbuatan yang tercela yang menjadi sumber keursakan dan bencana bagi hati".[6]

Ana katakan, jika kita hendak menjadi baik, al-Quran telah menerangkan caranya. Maka renungilah! Jika ingin mengetahui apa yang dianugerahkan kepada orang-orang yang muhsinin (yang berbuat baik)? Maka renungilah al-Quran nescaya kita ingin seperti mereka.

“agar Allah akan menutupi (mengampuni) bagi mereka perbuatan yang paling buruk yang mereka kerjakan dan membalas mereka dengan upah yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”(QS. az-Zumar 39:35)

Selanjutnya Ibnul Qayyim berkata :
Seandainya mausia mengetahui manfaat yang didapati tatkala membaca al-Quran dengan penuh penghayatan, nescaya dia akan menyibukkan dirinya dengannya dari yang lain. Jika dia membacanya dengan penghayatan, maka ketika ia melalui suatu ayat yang diharapkan/diperlukan untuk mengubati hatinya, ia akan mengulang-ngulangnya seratus kali atau menghabiskan satu malam.

Membaca satu ayat dengan penuh penghayatan dan pemahaman makna. Merenungkan bacaan al-Quran lebih bermanfaat bagi hati dan lebih berpotensi untuk meningkatkan keimanan dan merasakan manisnya al-Quran. [7]

Dengan membaca al-Quran, dapat menaikkan iman kita, dengan membaca al-Quran kita mengenal Allah, dengan membaca merenungi al-Quran kita mendapat rahmat, petunjuk. Lalu di mana usaha kita untuk mendapatkannya? Bersegeralah kepada kebaikan. Kerana Allah akan membimbing kita apabila kita ingin mengenal-Nya, mendekat diri pada-Nya.

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar- benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”(QS. al-Ankabut 29:69)

4) Sebab-sebab lain

Syaikh Abdur Razzaq telah membahas secara tuntas (dengan detail) bab ini dalam bukunya Asbabul Ziyaadatu Iman Wa Nuqshabihi, beliau menukil dari Syaikh Muhammad Rasyid Redha :
"Dan ketahuilah sesungguhnya kekuatan agama dan kesempurnaan iman juga keyakinan , keduanya tidak akan bisa dihasilkan kecuali dengan banyak membaca al-Quran dan mendengarkannya, disertai tadabbur dengan niat untuk mengambil petunjuk juga mengamalkan perintah dan menjauhi larangannya.

Maka keimanan yang penuh dengan ketundukan yang benar akan bertambah, semakin kuat, berkembang dan menimbulkan pengaruh berupa amal-amal shalih. Tidak hanya itu, ia juga meninggalkan kemaksiatan dan kerusakan sesuai dengan kadar penghayatan al-Quran yang dilakukannya. Iman akan berkurang dan melemah ketika seseorang tidak mentadabburi al-Quran."[8]

Dengan beberapa poin yang diutarakan di atas, semoga ia dapat membantu dan memotivasi diri kita untuk menekuni membaca al-Quran. Dan inilah yang dilalui oleh generasi terbaik umat ini, mereka telah terlebih dahulu mendahului kita dalam beramal.

Footnote :
[1]
Kitab Duduklah Sejenak Bersama Kami Untuk Menambah Iman, Syaikh Abdur Razzaq Abdul Muhsin al-‘Abbad terbitan Pustaka Ibnu Katsir.

[2] Madarijus Salikin 3/449-450 oleh Ibnu Qayyim, dinukil dari kitab Syaikh Abdur Razzaq al-‘Abbad, Mengapa Tauhid Dibagi Menjadi Tiga.

[3] Ibnul Qayyim, al-Fawaaid
, dinukil dari kitab Kitab Duduklah Sejenak Bersama Kami Untuk Menambah Iman, Syaikh Abdur Razzaq Abdul Muhsin al-‘Abbad terbitan Pustaka Ibnu Katsir.

[4] ibid, al-Ajurri, Akhlaq Hamaalati Quran.


[5] Ibid.

[6] Ibid,
Miftah Daris Sa’adah hlmn 204, Ibnul Qayyim.

[7] Ibid.

[8]
Ibid, Mukhtasar tafsir al-Manaar 2/170.

Rujukan :
[1]
Duduklah Sejenak Bersama Kami Untuk Menambah Iman, Syaikh Abdur Razzaq Abdul Muhsin al-‘Abbad terbitan Pustaka Ibnu Katsir.

[2] Mengapa Tauhid Dibagi Menjadi Tiga oleh Syaikh Abdur Razzaq al-‘Abbad
.






Comments :

0 comments to “016 - Projek Melahirkan Generasi Al-Quran Seperti Nabi Dan Para Sahabat. -Siri 2-”