005- Sebab-Sebab Berkurangnya Iman 2

Sebab-Sebab Berkurangnya Iman 2


Kebodohan identik dengan dosa.

Banyak nas-nas yang lainnya yang menunjukkan sesungguhnya sebab paling utama tergelincirnya manusia ke dalam kesyirikan, kekufuran, kekejian dan perbuatan maksiat, adalah kebodohan terhadap Allah, terhadap Nama-nama-Nya, Sifat-sifat-Nya, pahala dan siksa-Nya.

Kerana itulah sesungguhnya orang yang berbuat maksiat terhadap Allah dan melakukan perbuatan jahat adalah orang bodoh, sebagaimana hal itu diterangkan dari kaum Salaf (ulama terdahulu) di dalam tafsirannya akan firman Allah :


Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (an-Nahl 16:119)


Dan makna firman –Nya (بِجَهَالَة) di dalam ayat-ayat di atas adalah kebodohan pelaku hal tersebut akan akibat buruk dari perbuatan yang dilakukannya berupa kemurkaan Allah dan siksa-Nya. Kebodohan darinya akan pengawasan Allah dan bahawasanya Allah memerhatikannya. Kebodohan akan akibat yang akan kembali kepadanya kerana lemahnya keimanan atau tidak adanya keimanan. Jadi setiap orang yang berbuat maksiat kepada Allah adalah orang yang bodoh terhadap semua pelajaran-pelajaran di atas, walaupun dia adalah orang yang tahu akan sesuatu yang diharamkan. Bahkan mengetahui bahawa sesuatu itu adalah haram adalah syarat sehingga perbuatannya merupakan kemaksiatan yang mengakibatkan siksaan.[1]


Sekelompok ulama salaf mengatakan tafsiran ayat tersebut seperti ini, diriwayatkan oleh sejumlah ulama, di antaranya adalah diriwayatkan oleh at-Thabari di dalam tafsirnya, beliau meriwayatkan dari Abul ’Aliyah, sesungguhnya beliau meriwayatkan banyak sahabat Rasulullah saw pernah berkata, ”setiap dosa yang dilakukan oleh seorang hamba adalah kebodohan .”


Dan diriwayatkan dari Qatadah, beliau berkata, Sahabat Rasulullah saw sepakat bahawa sesungguhnya segala kemaksiatan kepada Allah adalah kebodohan, dilakukan dengan sengaja atau tidak.”


Diriwayatkan dari Mujahid, beliau berkata, ”Setiap orang yang bermaksiat kepada Rabb-nya, maka ia adalah orang bodoh, kecuali dia meninggalkan perbuatan maksiatnya.”


Beliau juga berkta, ”Setiap orang yang melakukan perbuatan maksiat kepada Allah, (perbuatannya) dilakukan kerana kebodohan hingga ia kembali darinya.”


As-Suddi berkata, “Selama ia bermaksiat kepada Allah, maka ia adalah orang bodoh.”


Ibnu Zaid berkata, ”Setiap orang yang melakukan sesuatu kemaksiatan kepada Allah adalah orang bodoh selamanya hingga ia meniggalkannya.” [2]


Bodoh kepada Allah merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan membinasakan, yang bisa menarik pelakunya kepada akibat-akibat yang sangat berbahaya. Barangsiapa yang terkena penyakit ini, maka janganlah Anda menanyakan kehancurannya dia terjerumus ke dalam gelapnya kemaksiatan dan perbuatan dosa, tergelincir dari jalan Allah yang lurus, dan menyerahkan diri kepada berbagai macam penarik syubhat dan syahwat. Ia tidak akan selamat kecuali jika ia mendapatkan rahmat Allah yang memberikan siraman hati, cahaya pandangan, kunci kebaikan dan ilmu bermanfaat yang membuahkan amal shalih.


Tidak ada ubat untuk penyakit ini kecuali ilmu, penyakit ini tidak akan pernah terlepas dari penderitanya kecuali jika Allah mengajarkan sesuatu yang bermanfaat kepadanya, yang mengilhamkan petunjuk kepadanya. Barangsiapa dikehendaki baik oleh Allah, nescaya ia akan mengajarkannya ilmu yang bermanfaat baginya, pemahamannya akan agama, dan memberikan pandangan kepadanya terhadap sesuatu yang di dalamnya ada keberhasilan dan kebahagiaannya.


Dengan ilmu itu ia akan keluar dari kebodohan, sementara orang yang tidak dikehendaki baik oleh Allah nescaya dia akan menetap di dalam kebodohan. Hanya kepada Allah lah kita memohon agar menyirami hati kita dengan illmu dan keimanan, dan memberikan perlindungan kepada kita dari kebodohan dan permusuhan.


Lalai, berpaling, lupa.

Tiga hal ini merupakan sebab utama dari berbagai sebab berkurangnya keimanan. Barangsiapa yang terbuai dengan kelalaian, disibukkan dengan sesuatu yang membuat lupa kepada Allah sehingga timbul pembangkangan di dalam dirinya, maka imannya akan berkurangan dan melemah sesuai dengan kadar ketiga hal di atas atau sebagiannya. Hal itu akan menimbulkan penyakit hati atau kematiannya diakibatkan kekuasaan syahwat dan syubhat kepadanya.


Lalai, telah dicela oleh Allah di dalam kitab-Nya. Dia telah mengkhabarkan bahawa kelalaian adalah perangai yang tercela dari akhlak-akhlak orang-orang kafir dan munafik. Allah melarang perbuatan tersebut dengan peringatan yang sangat keras.


Firman Allah :

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (al-A’raf 7:179)


Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Yunus 10:7-8)


Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.”(ar-Ruum 30:7)

Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (al-A’raf 7:205)


Lalai –iaitu lupa yang menimpa kerana kurang menjaga dan memelihara diri-[3] merupakan penyakit yang berbahaya. Jika manusia tertimpa penyakit ini, maka ia tidak akan bisa menyibukkan diri dengan melakukan ketaatan kepada Allah, berzikir dan melakukan amal ibadah kepada-Nya. Ia akan menyibukkan diri dengan beberapa hal yang melalaikannya dan menjauhkannya dari mengingati Allah. Seandainya ia melakukan berbagai ketaatan, ia melakukannya dengan tidak baik, ia kosong dari kekhusyu’kan dan kerendahan hati. Ia tidak akan kembali pada Allah tanpa disertai rasa takut kepada Allah. Dirinya kosong dari ketenangan, kebenaran dan keikhlasan. Inilah sebagian akibat buruk dari melalaikan keimanan.


Footnote:

[1] Tafsir Ibnu Sa’di (2/39)

[2] Tafsir Thabari (3/229, 5/209). Tafsir Baghawi (1/407). Tafsir Ibnu Kathir (1/463) atsar-atsar ini boleh dirujuk dalam rujukan yang diberi.

[3] Bashaair Dzawit Tamyiz, Karya al-Fairuz Abadi (4/140)


Rujukan:

Dipetik dari kitab Duduklah Sejenak Bersama Kami Untuk Menambah Iman karya Syaikh Abdurrazaq Bin Muhsin al-'Abbad al-Badr






Comments :

0 comments to “005- Sebab-Sebab Berkurangnya Iman 2”